Monday 26 September 2011

BALAI PEMUDA dan Kisah "SABTU KELABU DI BULAN NOVEMBER 1945" Bagi Bangsa Belanda


            Hari Minggu lalu tepatnya pada tanggal 25 September 2011, saya berkunjung kerumahnya salah satu penulis yang cukup terkenal di Surabaya, yaitu Bapak Dukut Widodo yang terkenal dengan bukunya, “HIKAJAT SOERABAIA TEMPOE DOELOE”. Saya kesana ditemani oleh dua visitor TIC Tourism Information Center) yang kebetulan mereka juga guide, yaitu Bapak Indra dan Bapak Wibisono. Saking penasarannya saya dengan cerita-cerita unik tentang Surabaya yang dituliskan Bapak Dukut di dalam bukunya, terutama kisah tentang Balai Pemuda, lalu saya dan ditemani Pak Indra dan Pak Wibisono pun sowan kerumahnya Pak Dukut.

            Suasa na Minggu sore sekitar jam 15.00 WIB kami pun tiba dirumah Pak Dukut yang terletak di daerah Surabaya Timur dekat UPN. Kedatangan kami pun disambut ramah oleh beliau. Sesampai disana kita mulai ngobrol banyak tentang sejarah. Disela-sela perbincangan kita, Pak Dukut lalu cerita tentang misteri dibalik kisah sejarah Balai Pemuda. 

            Saking penasarannya saya dengan cerita Balai Pemuda, begitu tiba dirumah, saya langsung searching di google tentang sejarah Balai Pemuda, dan lalu saya menemukan sebuah kisah sejarah tentang “Sabtu Kelabu di Bulan November 45”. Saya jamin pasti banyak yang gak tau tentang kisah ini. Ya, tentu karena kisah ini pun tidak ada dan tidak pernah tertulis di buku sejarah RI.

Daripada kebanyakan basa basi, mendingan saya langsung bahas tentang misteri dibalik kisah Balai Pemuda dan Kisah “Sabtu Kelabu di Bulan November 1945”.. check it out!

            Siapa tidak kenal Balai Pemuda yang Selasa (20/9) lalu gosong dilalap api. Bukan hanya bentuk arsitekturnya yang unik dan tak ada duanya. Tidak pula aktifitas di dalamnya yang riuh rendah sejak lama, hingga melahirkan banyak seniman tersohor. Namun, sejak lama gedung ini menyimpan sejarah. Bukan cuma sejarah milik Indonesia karena jadi markas pemuda pas perang 10 November 1945. Namun juga sejarah Belanda.

Setiap November, di Belanda diperingati secara nasional peringatan tewasnya puluhan tawanan perang Belanda selama zaman ‘bersiap’. Yakni zaman ketika Belanda hendak mencaplok lagi Indonesia. Tapi, tewasnya puluhan tawanan Belanda ini tidak ada di buku sejarah negeri kita. Tewasnya puluhan tawanan itu disebut Sabtu Kelabu bagi bangsa Belanda
.
Kisah ini saya terima ketika saya menemukan sebuah artikel di google yang menceritakan kisah unik dibalik sejarah masa lalu.

          Tiga tahun silam seorang seorang wartawan dari salah satu media di Indonesia bertemu seorang Belanda uzur yang mengaku anak wali kota ketiga Surabaya, HI Bussemaker, bertandang ke Balai Pemuda. Dia bersama tim sejarah dari Universitas Gajah Mada sempat bingung mencari bunker alias ruang bawah tanah.

"Ada bunker di Balai Pemuda?" Kata dia, justru di bunker itulah sejarah Sabtu Kelabu berasal.

            Konon menurut versi Belanda, para tawanan anak dan perempuan yang disekap di bunker Balai Pemuda itu dibantai. Entah oleh batalion mana. Maklum 10 November adalah perang yang tanpa komando tunggal. Ironisnya mayatnya tidak pernah ditemukan.

            Bussemaker junior tampak kecewa. Bukan karena bunker itu tidak pernah ditemukan, namun karena Balai Pemuda tak seindah dulu. Tahun 1940-an saat masih kanak kanak, dia kerap main ke Balai Pemuda.
Patung bidadari bersayap di bagian tengah gedung kubah sudah raib sejak tahun 1980-an dan tak pernah dicari lagi. Kolam air mancur yang mengitarinya juga sudah tidak ada. Lantai teraso bermotif diganti marmer masif. Lantai teraso warna warni itu itu cuma tersisa di beberapa ruangan sisi barat gedung berkubah.

            Balai Pemuda atau dulu bernama Simpangsche Societeit bukan berwujud satu bangunan seperti layaknya semua klab di negeri jajahan ini. Namun sebuah kompleks hiburan yang mungkin sekarang dikenal dengan julukan one stop entertainment –seluruh jenis hiburan dalam satu tempat.

            Arsitek Westmaes khusus didatangkan dari Belanda untuk merancang ide itu. Westmaes adalah satu di antara beberapa arsitek pertama yang tersohor di Hindia Belanda. Dia selalu merancang bangunan dengan kualitas bahan tinggi. Kompleks Balai Pemuda atau Simpangsche Societeit, semua dirancang super mewah pada 1907, dan 20 tahun kemudian gedung barat dibangun dengan tidak kalah mewah. Gedung barat inilah yang Selasa (20/9/2011) lalu terbakar.

            Begitu mewahnya rancangan Westmaes, bahkan pelataran parkir bagian tengah Simpangsche Societeit dilapisi marmer. Westmaes tidak ingin ada debu dan becek di kompleks ini. Jl Simpang saat itu belum beraspal, sebab saat itu aspal belum dikenal di Hindia Belanda. Namun marmer-marmer ini rusak tergerus mesin berat saat pembangunan Bioskop Mitra pada 1977 silam di sana.

Dirancang untuk VVIP

             Gedung timur (berkubah) khusus untuk tamu sangat penting (VVIP). Di dalamnya dibangun kamar-kamar untuk ruang pribadi. Tersedia lantai dansa dengan musik kamar di mezanine. Juga ada restoran dan ruang jamuan yang sekarang menjadi Galeri Surabaya. Di bagian ini terdapat tungku pemanas untuk menghangatkan udara Surabaya yang saat itu suhu tertingginya cuma 23 derajat Celcius (saat ini suhu tertinggi 33 derajat Celcius).

              Bangunan lain yang berdiri terpisah adalah gudang minuman dan dapur raksasa. Juga aula tempat olahraga permainan, ruang pamer, dan rumah dinas kepala Simpangsche Societeit. Arsitek Westmaes tak cuma menghadirkan kemewahan dalam merancang Simpangsche Societeit alias Balai Pemuda. Semua yang dibangun haruslah paling besar dan paling baru di zamannya. Termasuk menyajikan langgam arsitektur paling anggun di Surabaya, dan terbukti tetap mempesona sampai kini.

               Yang paling menakjubkan adalah kehadiran gudang tersendiri untuk menyimpan minuman keras sebagai pelengkap hangatnya pesta. Gudang itu berdiri di sebelah utara gedung berkubah. Sementara dapur Simpangsche Societeit didirikan di tempat yang terpisah yang juga raksasa. Lokasinya berada di bagian utara gedung barat. Hingga awal 1990-an bekas dapur ini masih terlihat karena digunakan aktifitas seniman bernama Bengkel Muda Surabaya. Tapi, kini telah dibongkar dan digantikan masjid Balai Pemuda. Luas dapurnya ya seluas masjid itu.

               Dimana bekas gudang minuman itu? Pascakemerdekaan sempat beralih fungsi menjadi kantor Sub Direktorat Perekonomian Surabaya, dan Unit Terminal Angkutan Umum. Namun sejak 1977 gedung ini dirobohkan. Di atasnya kemudian berdiri Bioskop Mitra. Padahal arsitektur bekas gudang itu tidak kalah antik dengan atap pelana dan penopang baja bulat. Di antara dapur dan gudang minuman, sempat berdiri aula olahraga permainan. Bentuk gedungnya mirip bangunan Balai Pemuda bagian barat, ada selasar dan atap tinggi, tapi tidak dilengkapi panggung. Di dalamnya ada jenis olahraga yang paling tersohor saat itu: permainan biliar bola tiga dan bowling bola kayu.

               Kemana semua kemewahan itu? Sejak kebakaran, nyaris yang tersisa hanya gedung berkubah. Saya kecewa dengan Pemkot Surabaya yang tidak sanggup menjaga bangunan berasitektur tinggi dan memiliki sejarah itu. Semua orang saat ini kaget ternyata Balai Pemuda tidak dilengkapi alat pemadam kebakaran, hal yang paling sepele.

             Cobalah tengok kondisi gedung itu sekarang. Mezanine yang dirancang untuk pertunjukan musik kamar kini menjadi gudang. Di bawahnya disulap jadi dapur. Ruang dansa jadi ruang kantor yang lebih mirip kantor kelurahan. Banyak bangunan tambahan yang tetap dipertahankan. Kebakaran Selasa lalu jadi bukti jika bangunan tambahan yang pernah menjadi warnet tidak langsung dibongkar saat kontrak warnet habis, membuat gudang jadi useless gak karuan.

               Bukankah Balai Pemuda lebih pantas menjadi museum atau galeri ketimbang kondisinya yang seperti sekarang ini? Gagasan ini mungkin akan menjadikan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Surabaya terjun. Namun bukankah ini lebih baik, ketimbang membiarkan kondisinya seperti sekarang, tidak ubahnya seperti gedung sewaan pada umumnya.

Mohon maaf atas tulisan blog ini, mungkin kurang sopan dalam penyampaiannya. Tapi saya hanya mengutarakan dan me-rewrite beberapa artikel yang saya temukan di google lalu saya mengemasnya kembali ke dalam blog saya. Terima kasih :-) 

Sumber: http://jagoanberita.com/

Thursday 8 September 2011

INDONESIA TOURIST AWARENESS



               In Indonesia, tourism is one of the important components, especially for economic development. Nature and culture are major components of Indonesian tourism industry. The natural heritage can boast a unique combination of a tropical climate, a vast archipelago of more than 17.500 islands, and the third longest shoreline in the world after Canada and European Union. Tourism in Indonesia is handled by the Ministry of Culture and Tourism. The integration of cultural affairs and tourism under the scope of the same ministry shows that cultural tourism is considered an integral part of Indonesian tourism industry, and conversely. It is used to promote and preserve the cultural heritage.

            Tourism in Indonesia is being developed through two main programs, covering tourism objects and tourism products. The tourism objects are the interesting places where can be visited by the visitors, such as museums, art galleries, malls, heritage buildings, parks, and etc. The tourism products are the interesting shows which can be enjoyed by the visitors, such as culture festival, traditional dance, wayang show, ludruk show, and other traditional art performances. There are five supporting programs, they are control of environment pollution and education; training and tourism guidance; tourism research and development; tourism infrastructure development; and the supervision and development of arts and culture. Tourism objects and tourism products are being introduced to the Indonesian people to promote domestic tourism. Group tourist awareness has been established as moving spirit for tourist attraction to promote the Indonesian tourism.
       The purpose of those programs is to increase the number of tourists in Indonesia. The tourists can enjoy the beautiful tourism objects, culture and the Indonesian culinary. The tourists also get the best service from the tourist guide who gives a lot of information to the tourists. That is why every city also has the information of tourism center. It is a place for visitors to ask some information about the city they visit. Every tourism service institution will give their best service to get the satisfactory of the visitors. And every city has their own way to promote their city to the tourists.